Ramadhan oh Ramadhan……




Oleh: Ibnu Anwardani

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh!!!

BULAN Ramadhan ketika disebut
Kami teringat sebuah taman bunga
Yang semerbak wangi tempat persinggahan
Kebaikan mengandung hikmah
……..
Kupegang Ramadhan kali ini
Barangkali esok aku sudah tiada
Keras kugenggam dengan geraham
Semoga bahagia saat menemui Allah…

(Rindu Ramadhan – Justice Voice)


Lagu di atas adalah salah satu yang menyemangati saya saat awal-awal ramadhan, bahkan saat rajab dan juga syakban. Disamping nuansa lagu yang membuat kita untuk merenung dan nada mellow dan accapelanya. Lagunya juga kaya makna.

Ah, ramadhan. Kok kamu cepat terlewati? Tahu-tahu sudah akhir ramadhan. Tahu-tahu dua hari lagi idul fitri. Sebenarnya bukan kesenangan yang saya rasa saat ini, melainkan penyesalan. Kenapa saat ini terasa belum terasa iman yang bertambah. Ghirah belum bertambah. Takwa yang masih jauh tenggelam. Andi, tiap hari adalah ramadhan.

Witir yang sengaja tidak ditunaikan karena ada setitik semangat dalam diri untuk menunaikan tahajud nanti malam. Ehhh, tapi sayangnya tahajud itu justru terlewatkan. Dan praktis sholat witir pun tersiakan. Padahal ada seorang sahabata yang sebelumnya mengirim SMS:


“Bangun …
Bangun …
Bangun …
Bangun …
Bangun …
Kalau sudah bangun, ambil air wudhu, jangan lupa sholat tahajud. JANGAN biarkan waktu kita di bulan ramadhan lewat dengan sia-sia.”

Tapi anehnya sms itu saya abaikan. Saya sebenernya bingung juga. Tahajud sering terlewatkan. Dhuha selalu terlupakan. Lembaran qur’an yang belum juga terkhatamnkan. Uang-uang infak yang belum tersalurkan. Ah, akhirnya saya Cuma bias menyesali. Coba dari dulu aku begini!

Sob, satu pesan yang bisa diambil di akhir ramadhan ini: ramadhan boleh pergi, tapi ruhiyah semangatnya jangan sampai lekang di tiap-tiap hati kita. Kita boleh sedih ramadhan pergi, tapi inget, allah hanya membatasi ramadhan Cuma kurang lebih 30 hari saja, itu pertanda bahwa hanya dalam waktu itulah momentum kita terbaik untuk memperbaiki diri –meski banyak momentum-momentum lain untuk kita untuk bangkit, tapi yang jelas ramadhan adalah yang terbaik.

Seseorang pernah meng-SMS saya yang membuat semangat saya terlecut. “Seorang muslim selalu punya momentum unntuk memperbaiki diri. Ada ramadhan dan tahun baru hijriyah di setiap tahunnya. Ada hari jum’at di setiap minggunya. Ada sepertiga malam di setiap harinya. Bahkan, tiap detik itu adalah momentum. Karena kita tidak pernah tahu pada detik yang mana kesempatan memperbaiki diri itu berakhir dan ketika itu tak ada guna lagi penyesalan kita.”

Yups, saya akan mencantumkan sebuah tulisan yang menurut saya bagus sekali. (Bukan saya lho yang menulis). Tulisan ini saya dapatkan dari sebuah link yang tidak menyertakan nama penulis dan sumber aslinya. Dalam hati saya hanya berterimakasih pada yang telah menulis tulisan ini.

Mohon direnungi ya!

*****

Menangislah Untuk Ramadhan yang Akan Hilang…

Nak, menangislah,
Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus Qur’anmu tak juga beranjak pada juz empat. Jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perenang. (Ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, “Alhamdulillah tarawihku belum bolong.” dan kamu merasa ada malaikat yang Menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di Yaumil Akhir. Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi…, tapi sampai puasa hari ke tiga belas masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah… Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras…

Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa beberapa belas. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah sadar menatap hidangan saat Sahur, kolak-es buah yang tersaji saat berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan...

Menangislah,
Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya bertobat sambil berucap ‘kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi’…

Menangislah,
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan. Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali…

*****

Yah, mudah-mudahan tulisan kali ini banyak ngasih manfaat buat kita semua. Buat merenung dan tafakuri apa yang udah kita kasih untuk allah di ramadhan tahun ini. Saya sendiri mengucapkan minal aidin wal fa idzin, mohon maaf lahir bathin atas segala kekhilafan dan salah baik yang sengaja ataupun tidak.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh!!! Salam Takbir……………. Allahu Akbar!!!!

comment 0 komentar:

Post a Comment

Apa pendapat kamu?

Delete this element to display blogger navbar

 
© Roman5a-Bk | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger